LIFE BEGINS AT 40

 Dalam tradisi Islam, usia 40 tahun sering dianggap sebagai batas penting antara “masa muda” dan “masa kedewasaan penuh” (tua secara spiritual).

📜 Dasar dalam Al-Qur’an:
Dalam QS. Al-Ahqaf ayat 15, Allah berfirman:

حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
“Sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empat puluh tahun…”

Ayat ini dijadikan dasar oleh banyak ulama bahwa usia 40 tahun adalah puncak kematangan akal, jiwa, dan tanggung jawab.

Kelayakan PAR dalam 35 Hari Riset Pengabdian Masyarakat for University Students

 ⏳ 35 hari (±1 bulan) memang waktu yang sangat singkat untuk menerapkan PAR (Participatory Action Research) secara ideal, karena PAR biasanya mencakup siklus berulang: perencanaan → aksi → refleksi → revisi → aksi lagi → refleksi lagi.

Mari kita bahas dengan lebih terstruktur:


🔎 1. Kelayakan PAR dalam 35 Hari

  • Bisa diterapkan, tetapi terbatas.
    Kamu mungkin hanya sempat menjalankan satu siklus PAR (plan–act–observe–reflect) tanpa sempat mengulang siklus berikutnya.

  • Fokusnya harus sangat sempit.
    Misalnya hanya satu masalah spesifik yang bisa diintervensi cepat (contoh: membuat jadwal pengelolaan sampah, membuat kelas literasi sederhana, atau mendampingi posyandu).

  • Tantangannya:

    • Waktu refleksi dan evaluasi kurang panjang → dampak jangka panjang sulit diukur.

    • Tidak semua partisipan bisa aktif berkolaborasi penuh dalam waktu sesingkat itu.


🔄 2. Metode Lain yang Lebih Tepat untuk Waktu Singkat

Jika waktunya terbatas, kamu bisa mempertimbangkan metode penelitian pengabdian masyarakat yang lebih ringan dan cepat, misalnya:

MetodeKelebihanKesesuaian dengan 35 Hari
Community-based Project (Proyek berbasis komunitas)Fokus pada hasil nyata (produk, pelatihan, layanan), tidak perlu siklus penelitian berulang.✅ Sangat cocok – cukup lakukan baseline survey singkat → laksanakan proyek → evaluasi.
Service-LearningMahasiswa belajar sambil mengabdi, dengan laporan refleksi.✅ Cocok, karena refleksi bisa dilakukan mingguan, tanpa perlu siklus PAR penuh.
Rapid Rural Appraisal (RRA)Metode cepat untuk menggali masalah & potensi desa (wawancara, FGD, observasi cepat).✅ Cocok di awal KKN untuk identifikasi masalah & membuat intervensi singkat.
Descriptive Case StudyMenggambarkan situasi atau intervensi tertentu secara detail.✅ Cocok jika tujuannya lebih pada dokumentasi hasil dan bukan siklus aksi berulang.

💡 Saran Praktis

Jika hanya 35 hari, sebaiknya:

  1. Gunakan kombinasi RRA + Community Project

    • Minggu 1: identifikasi masalah (RRA, wawancara, FGD).

    • Minggu 2–4: laksanakan proyek intervensi (pelatihan, penyuluhan, perbaikan fasilitas).

    • Akhir: lakukan evaluasi sederhana (kuesioner kepuasan, wawancara dampak).

  2. Dokumentasikan perubahan → bisa jadi bahan laporan atau publikasi.

  3. Jika tetap ingin PAR, jelaskan dalam laporan bahwa hanya dilakukan satu siklus karena keterbatasan waktu (ini wajar dalam penelitian lapangan berbasis KKN).

10 contoh penelitian pengabdian dengan model KKN Inovatif-Transformatif

 📌 Inti dari model KKN-penelitian pengabdian yang transformatif adalah:

Ada baseline (kondisi awal masyarakat).

Ada intervensi nyata (program yang dilakukan mahasiswa).

Ada outcome terukur (perubahan signifikan yang bisa dibuktikan dengan data, bukan hanya cerita kegiatan).

Berikut saya sebutkan 10 contoh penelitian pengabdian dengan model KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa yang tidak hanya bersifat activity report, tetapi benar-benar membawa perubahan signifikan dalam masyarakat (the real community service):

🔟 Contoh Penelitian Pengabdian Model KKN

Pemberdayaan UMKM Lokal dengan Digital Marketing

Mahasiswa melatih pemilik warung dan pengusaha kecil menggunakan media sosial, marketplace, dan aplikasi kasir digital → hasilnya omzet naik 30–50% dalam 3 bulan.

KKN Pertanian Organik Berkelanjutan

Masyarakat desa dilatih membuat pupuk kompos, pestisida nabati, dan teknik tanam organik → produksi pertanian meningkat signifikan, biaya pupuk kimia berkurang drastis.

Program Literasi Digital & Anti-Hoaks di Desa

Pelatihan literasi media bagi remaja dan perangkat desa → setelah program, 70% masyarakat mampu membedakan informasi palsu dan lebih bijak dalam bermedia sosial.

Asbāb ẓāhir dan Sunnatullah

 

1. Asbāb ẓāhir (sebab-sebab lahiriah) dalam Islam

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menghadapi hukum sebab-akibat. Misalnya, orang lapar harus makan agar kenyang, orang sakit minum obat agar sembuh, petani menanam agar panen. Semua itu disebut asbāb ẓāhir (sebab-sebab yang dapat diindera).

Islam membolehkan bahkan menganjurkan menggunakan asbāb ẓāhir, selama tidak bertentangan dengan syariat. Namun, seorang Muslim meyakini bahwa hasil akhirnya tetap berada dalam kuasa Allah, bukan semata-mata karena sebab itu sendiri.

🔹 Contoh:

  • Nabi ﷺ pernah bersabda: “Berobatlah, wahai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).

  • Saat hijrah, Nabi ﷺ tetap bersembunyi di gua Tsur dan membuat strategi, walau beliau yakin Allah-lah yang menjaga keselamatan.

👉 Jadi, hukum menggunakan sebab-sebab lahiriah mubah bahkan bisa wajib (misalnya makan untuk menjaga hidup, belajar untuk mencari ilmu), dengan syarat hati tetap bergantung pada Allah.

Penguatan Moderasi Beragama dan Toleransi Melalui ‘Quotes’ di Kampung Mrican, Gendongan, Tingkir, Salatiga

 Penguatan Moderasi Beragama dan Toleransi Melalui ‘Quotes’ di Kampung Mrican, Gendongan, Tingkir, Salatiga

Faizal Risdianto, Imam Mas Arum

Abstract

Tujuan pengabdian masyarakat ini ialah penguatan moderasi beragama dna toleransi melalui “Quotes” di kampung Mrican, Gendongan, Tingkir, Kota Salatiga. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini menggunakan model Penelitian Tindakan Partisipatif (PAR) yang menyajikan nilai-nilai moderasi (wasathiyyah) dalam agama Islam sebagai upaya menghadapi keberagaman dalam konteks kehidupan kebangsaan dalam lingkup mikro di sebuah kampung di Kota Salatiga. Dalam Pengabdian Masyarakat berjudul “Penguatan Moderasi Beragama dan Toleransi Melalui ‘Quotes’ di Kampung Mrican, Gendongan, Tingkir, Salatiga ini telah dihasilkan dua poin simpulan: Pertama, Pengabdian Masyarakat “Penguatan Moderasi Beragama dan Toleransi Melalui ‘Quotes’ di Kampung Mrican, Salatiga telah melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat dan anggota karang taruna. Kerjasama telah terlaksana dengan sangat baik dan tidak ada Kendala yang berarti. Kedua, hasil atau dampak positif dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang secara umum ditemukan data sebagai berikut: 100 persen warga RW Mrican menyatakan setuju dengan konsep Moderasi dan Toleransi Beragama dan 97,7 % warga RW Mrican mengharapkan moderasi dan toleransi Beragama terus bertumbuh di lingkungan RW Mrican. 95,3 % warga RW Mrican menyatakan setuju dengan adanya literasi Quotes akan membantu banyak orang untuk memiliki kesadaran dalam moderasi dan toleransi beragama.

This community service strengthens religious moderation and tolerance by utilizing “Quotes” in Mrican village, Gendongan, Tingkir, Salatiga City. This community service used the Participatory Action Research (PAR) model, which presents the values of moderation (wasathiyyah) in Islam as an effort to face diversity in the context of national life in a scope of a village in Salatiga City. In the devotional research entitled “Strengthening Religious Moderation and Tolerance Through 'Quotes' in Mrican Village, Gendongan, Tingkir, Salatiga, two conclusions have been drawn: First, the devotional research “Strengthening Religious Moderation and Tolerance through 'Quotes' in Mrican Village, Salatiga has involving religious leaders, community leaders and members of the youth organization. Cooperation has been carried out very well, and there are no significant obstacles. Second, the positive results or impacts of this community service activity can be seen from the results of the questionnaire, which generally found the following data: 100 % of RW Mrican residents agreed with the concept of Moderation and Religious Tolerance, and 97.7% of RW Mrican residents expected religious moderation and tolerance continues to grow in the Mrican RW environment. 95.3% of RW Mrican residents agree that the literacy of Quotes will help many people be aware of religious moderation and tolerance.

SOURCE:Penguatan Moderasi Beragama dan Toleransi Melalui ‘Quotes’ di Kampung Mrican, Gendongan, Tingkir, Salatiga | Risdianto | Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat