Introduction to Linguistics
1. What is Linguistics?
Linguistics is the scientific study of language—its structure, use, and meaning.
• According to Lyons (1981), linguistics is "the scientific study of language, concerned with the nature of human language itself and the systematic investigation of its structure."
• Fromkin, Rodman, & Hyams (2018) define linguistics as the discipline that seeks to describe the knowledge speakers have of their language and explain how this knowledge is acquired and used.
________________________________________
2. Difference Between Language and Linguistics
• Language: A system of communication consisting of sounds, symbols, and grammar used by a community (Sapir, 1921).
• Linguistics: The scientific study about language and its phenomena (Lyons, 1981).
👉 Example:
• Language = English, Bahasa Indonesia, Arabic.
• Linguistics = the study of how verbs work in English, how politeness is expressed in Bahasa, or how Arabic syntax is structured.
Gagasan Prof D. Edi Subroto tentang bahasa dan linguistik
apa gagasan dan pendapat prof d Edi Subroto tentang bahasa dan linguistics?
Prof. Dr. D. Edi Subroto adalah seorang ahli linguistik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) yang dikenal atas kontribusinya dalam kajian morfologi, khususnya dalam perspektif derivasi dan infleksi, dengan fokus pada bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Berikut adalah ringkasan gagasan dan pendapatnya tentang bahasa dan linguistik berdasarkan informasi yang tersedia:
1. **Morfologi Derivasional dan Infleksional**
Edi Subroto memberikan perhatian besar pada morfologi, yang didefinisikan sebagai studi tentang perubahan bentuk kata yang berkaitan dengan makna. Ia membedakan dua jenis morfologi:
- **Infleksi**: Perubahan morfemis pada kata yang mempertahankan identitas leksikalnya, misalnya perubahan bentuk kata untuk menyesuaikan dengan kategori gramatikal seperti jumlah atau waktu (contoh: *buku* → *buku-buku*).
- **Derivasi**: Perubahan morfemis yang menghasilkan kata baru dengan identitas leksikal berbeda, sering kali mengubah kelas kata (contoh: *tulis* → *penulis*).
Subroto menekankan bahwa derivasi memiliki variasi afiks yang lebih beragam dan dapat mengubah kelas kata, sedangkan infleksi memiliki distribusi yang lebih luas tetapi tidak mengubah kelas kata. Pendekatannya menonjol karena berbasis pada data bahasa Indonesia dan Jawa, yang memberikan nilai orisinalitas tinggi, serta selalu mengaitkan morfologi dengan semantik untuk analisis yang lebih komprehensif.[](https://pusatbahasaalazhar.com/artikel-bahasa/kajian-morfologi-infleksi-dan-derivasi-dalam-perspektif-edi-subroto/)[](http://ragilsoetopo18.blogspot.com/2014/05/kajian-derivasi-dan-infleksi-pada-kata.html)
2. **Kata sebagai Unit Sentral**
Kenapa Bahasa Indonesia itu masuk kategori aglutinatif vs Bahasa-bahasa di Eropa yang inflectional-derivational?
Bahasa aglutinatif adalah tipe bahasa yang banyak menggunakan proses aglutinasi, yaitu pembentukan kata dengan menggabungkan morfem-morfem terikat (afiks) pada akar kata tanpa mengalami perubahan bentuk atau fusi. Dalam bahasa aglutinatif, afiks seperti prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks dapat dilekatkan secara jelas dan teratur sehingga makna kata dapat dibentuk secara produktif. Bahasa Indonesia adalah salah satu contoh bahasa aglutinatif, di mana proses pembentukan kata baru banyak menggunakan afiksasi seperti me-, di-, be-, pe-, per-, ter-, se-, ke-, dan lain-lain tanpa perubahan bentuk yang rumit pada akar kata.123
Perbedaan antara bahasa Indonesia yang aglutinatif dan bahasa-bahasa Eropa yang memiliki infleksi dan derivasi terletak pada cara pembentukan kata dan perubahan makna. Bahasa Eropa, seperti bahasa Inggris, menggunakan proses infleksi dan derivasi:
-
Infleksi (inflection) adalah proses morfologis yang mengubah bentuk kata untuk menunjukkan kategori gramatikal (seperti tense, number, person) tanpa mengubah makna leksikal atau kelas kata. Contohnya: write - writes - writing - wrote.
-
Derivasi (derivation) adalah proses pembentukan kata baru dengan perubahan makna leksikal dan sering kali perubahan kelas kata, misalnya write - writer (verba menjadi nomina).4
60 Sahabat Nabi – Kisah Teladan Sepanjang Zaman
Tarif terjemahan jurnal ilmiah (Indonesia ↔ Inggris) di Indonesia tahun 2025
Berikut adalah tarif terjemahan jurnal ilmiah (Indonesia ↔ Inggris) di Indonesia tahun 2025, berdasarkan data resmi dan praktik umum:
Tarif Resmi Peraturan Pemerintah (Permenkeu 39/PMK/2024)
-
Tarif per halaman jadi (non-tersumpah) untuk terjemahan bahasa Inggris ↔ Indonesia adalah Rp 250.000 per halaman. Ini dianggap sebagai acuan minimal yang dapat dilampaui tergantung kesepakatan antara penerjemah dan pengguna jasa HPIHarga Web ID.
-
Satu halaman hasil umumnya diasumsikan berisi sekitar 225–250 kata (format A4, Arial 12, spasi ganda) HPI.
Tarif Berdasarkan Lembaga dan Penyedia Jasa (Per Halaman Jadi)
-
Mediamaz Translation Service: Mulai dari Rp 60.000 per halaman, namun ini adalah jasa khusus (tersertifikasi) dan tarif sangat kompetitif untuk jurnal akademik Mediamaz Translation.
-
Linguatalks: Dokumen akademik (termasuk jurnal) mulai dari Rp 200.000 per halaman, belum termasuk layanan kilat atau spesialisasi Lingua Talks.
-
Jangkar Global Groups: Untuk dokumen akademik seperti skripsi, tesis, disertasi, tarif berkisar Rp 80.000 hingga Rp 200.000 per halaman Jangkar Global Groups.
-
Tarjiem.com (paket umum/jurnal):
-
Rp 60.000–100.000 per halaman, atau alternatif Rp 100–150 per kata sumber tarjiem.com.
-

