5 exemplary research titles in ELT and linguistics

 5 exemplary research titles in ELT (English Language Teaching) and linguistics, along with descriptions of research gaps, novelty, and theoretical contributions

Here are 5 exemplary research titles in ELT (English Language Teaching) and linguistics, along with descriptions of research gaps, novelty, and theoretical contributions suitable for current scholarly work:

  1. "The Effectiveness of Flipped Classroom Model in Improving Speaking Skills of EFL Learners"

    • Gap: Limited empirical studies on flipped classroom specifically targeting speaking skills in EFL contexts.

    • Novelty: Application of flipped classroom pedagogical design with interactive digital tools to a local EFL classroom setting.

    • Theoretical Contribution: Expands understanding of learner autonomy and constructivist learning theories in technology-enhanced environments.

  2. "Investigating Code-Switching Strategies Among Bilingual English and Indonesian Speakers in Classroom Discourse"

    • Gap: Few studies analyze pragmatic functions of code-switching in bilingual classrooms in Indonesia.

    • Novelty: Focus on sociolinguistic and discourse analytic perspectives in naturalistic educational settings.

    • Theoretical Contribution: Enriches pragmatics and bilingual education theories by highlighting communicative functions in multilingual classrooms.

  3. "The Role of Culture in Enhancing Pragmatic Competence of Indonesian EFL Learners"

    • Gap: Scarce research linking cultural awareness explicitly to pragmatic competence development in Indonesian contexts.

    • Novelty: Experimental integration of cultural modules into ELT curriculum with measured impact on speech act performance.

    • Theoretical Contribution: Strengthens intercultural communicative competence models within second language acquisition theory.

  4. "A Corpus-Based Study of Error Patterns in Academic Writing by Indonesian University Students"

    • Gap: Lack of large-scale corpus studies detailing specific grammatical and lexical errors by Indonesian EFL academic writers.

Sci-Hub Diblokir di India

 


Sci-Hub Diblokir di India

Akses ke Sci-Hub di India kini menjadi semakin sulit setelah tiga perusahaan raksasa penerbit akademik (Elsevier, Wiley, dan American Chemical Society) meminta pengadilan New Delhi memblokir Sci-Hub dan proyek baru Sci-Net. Pengadilan mengabulkan permintaan tersebut, dan dalam tiga hari situs-situs tersebut harus diblokir oleh penyedia layanan internet India. Akibatnya, mahasiswa dan peneliti hanya bisa mengakses situs ini dengan alat bypass sensor (VPN, TOR).

Awal Permasalahan
Upaya ini sudah dimulai sejak 2020 ketika penerbit menggugat Sci-Hub dan Library Genesis. Kasus ini menimbulkan protes dari peneliti India, dan sekitar 2.000 tanda tangan terkumpul mendukung akses terbuka. Akibatnya, akun Twitter Sci-Hub diblokir pada awal 2021, dan Sci-Hub harus menghentikan rilis makalah baru sesuai perintah pengadilan. Namun, sidang berkali-kali ditunda tanpa keputusan akhir.

Mengapa Sci-Hub Berhenti
Selain perintah pengadilan, pada 2022 sebagian besar universitas menggunakan otentikasi dua faktor sehingga Sci-Hub tak lagi bisa mengakses perpustakaan secara otomatis. Meskipun begitu, masalah ini dianggap kecil karena banyak jurnal sudah open access. Namun, harapan transisi penuh ke open access tidak terwujud.

Sci-Net Diluncurkan 2025
Karena banyak pertanyaan soal ketersediaan makalah baru, pada April 2025 Sci-Net diluncurkan, proyek berbasis komunitas dengan insentif berbasis blockchain untuk berbagi makalah. Penerbit menggugat Sci-Net, mengklaim melanggar perintah 2021 dan menuntut pemblokiran makalah dari Elsevier, Wiley, dan ACS. Penulis menilai ini tidak logis dan ilegal karena Sci-Net adalah proyek berbeda.

LIFE BEGINS AT 40

 Dalam tradisi Islam, usia 40 tahun sering dianggap sebagai batas penting antara “masa muda” dan “masa kedewasaan penuh” (tua secara spiritual).

📜 Dasar dalam Al-Qur’an:
Dalam QS. Al-Ahqaf ayat 15, Allah berfirman:

Ø­َتَّÙ‰ٰٓ Ø¥ِذَا بَÙ„َغَ Ø£َØ´ُدَّÙ‡ُÛ¥ ÙˆَبَÙ„َغَ Ø£َرْبَعِينَ سَÙ†َØ©ً
“Sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empat puluh tahun…”

Ayat ini dijadikan dasar oleh banyak ulama bahwa usia 40 tahun adalah puncak kematangan akal, jiwa, dan tanggung jawab.

Kelayakan PAR dalam 35 Hari Riset Pengabdian Masyarakat for University Students

 ⏳ 35 hari (±1 bulan) memang waktu yang sangat singkat untuk menerapkan PAR (Participatory Action Research) secara ideal, karena PAR biasanya mencakup siklus berulang: perencanaan → aksi → refleksi → revisi → aksi lagi → refleksi lagi.

Mari kita bahas dengan lebih terstruktur:


🔎 1. Kelayakan PAR dalam 35 Hari

  • Bisa diterapkan, tetapi terbatas.
    Kamu mungkin hanya sempat menjalankan satu siklus PAR (plan–act–observe–reflect) tanpa sempat mengulang siklus berikutnya.

  • Fokusnya harus sangat sempit.
    Misalnya hanya satu masalah spesifik yang bisa diintervensi cepat (contoh: membuat jadwal pengelolaan sampah, membuat kelas literasi sederhana, atau mendampingi posyandu).

  • Tantangannya:

    • Waktu refleksi dan evaluasi kurang panjang → dampak jangka panjang sulit diukur.

    • Tidak semua partisipan bisa aktif berkolaborasi penuh dalam waktu sesingkat itu.


🔄 2. Metode Lain yang Lebih Tepat untuk Waktu Singkat

Jika waktunya terbatas, kamu bisa mempertimbangkan metode penelitian pengabdian masyarakat yang lebih ringan dan cepat, misalnya:

MetodeKelebihanKesesuaian dengan 35 Hari
Community-based Project (Proyek berbasis komunitas)Fokus pada hasil nyata (produk, pelatihan, layanan), tidak perlu siklus penelitian berulang.✅ Sangat cocok – cukup lakukan baseline survey singkat → laksanakan proyek → evaluasi.
Service-LearningMahasiswa belajar sambil mengabdi, dengan laporan refleksi.✅ Cocok, karena refleksi bisa dilakukan mingguan, tanpa perlu siklus PAR penuh.
Rapid Rural Appraisal (RRA)Metode cepat untuk menggali masalah & potensi desa (wawancara, FGD, observasi cepat).✅ Cocok di awal KKN untuk identifikasi masalah & membuat intervensi singkat.
Descriptive Case StudyMenggambarkan situasi atau intervensi tertentu secara detail.✅ Cocok jika tujuannya lebih pada dokumentasi hasil dan bukan siklus aksi berulang.

💡 Saran Praktis

Jika hanya 35 hari, sebaiknya:

  1. Gunakan kombinasi RRA + Community Project

    • Minggu 1: identifikasi masalah (RRA, wawancara, FGD).

    • Minggu 2–4: laksanakan proyek intervensi (pelatihan, penyuluhan, perbaikan fasilitas).

    • Akhir: lakukan evaluasi sederhana (kuesioner kepuasan, wawancara dampak).

  2. Dokumentasikan perubahan → bisa jadi bahan laporan atau publikasi.

  3. Jika tetap ingin PAR, jelaskan dalam laporan bahwa hanya dilakukan satu siklus karena keterbatasan waktu (ini wajar dalam penelitian lapangan berbasis KKN).

10 contoh penelitian pengabdian dengan model KKN Inovatif-Transformatif

 ðŸ“Œ Inti dari model KKN-penelitian pengabdian yang transformatif adalah:

Ada baseline (kondisi awal masyarakat).

Ada intervensi nyata (program yang dilakukan mahasiswa).

Ada outcome terukur (perubahan signifikan yang bisa dibuktikan dengan data, bukan hanya cerita kegiatan).

Berikut saya sebutkan 10 contoh penelitian pengabdian dengan model KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa yang tidak hanya bersifat activity report, tetapi benar-benar membawa perubahan signifikan dalam masyarakat (the real community service):

🔟 Contoh Penelitian Pengabdian Model KKN

Pemberdayaan UMKM Lokal dengan Digital Marketing

Mahasiswa melatih pemilik warung dan pengusaha kecil menggunakan media sosial, marketplace, dan aplikasi kasir digital → hasilnya omzet naik 30–50% dalam 3 bulan.

KKN Pertanian Organik Berkelanjutan

Masyarakat desa dilatih membuat pupuk kompos, pestisida nabati, dan teknik tanam organik → produksi pertanian meningkat signifikan, biaya pupuk kimia berkurang drastis.

Program Literasi Digital & Anti-Hoaks di Desa

Pelatihan literasi media bagi remaja dan perangkat desa → setelah program, 70% masyarakat mampu membedakan informasi palsu dan lebih bijak dalam bermedia sosial.