⚛️ Cerita: Eksperimen yang Tak Selesai
Di sebuah laboratorium riset fisika kuantum di Tokyo, Dr. Adrian Rahman, seorang ilmuwan muda ateis, tengah memeriksa hasil eksperimen tentang fluktuasi partikel dalam ruang hampa. Ia percaya bahwa alam semesta muncul dari “ketiadaan” — bahwa semuanya adalah hasil kebetulan kuantum.
Suatu malam, Profesor Hana, dosen tamu dari Oxford sekaligus seorang teolog-fisikawan, datang mengunjungi labnya.
Hana: “Masih mengejar teori asal mula semesta dari ketiadaan, Adrian?”
Adrian: “Ya. Jika kita bisa membuktikan bahwa partikel bisa muncul dari vakum kuantum, maka kita tak perlu Tuhan untuk menjelaskan penciptaan.”
Profesor Hana tersenyum tipis dan menatap layar monitor yang menampilkan data eksperimen.
Hana: “Menarik. Tapi izinkan aku bertanya — siapa yang merancang sistem eksperimental ini?”
Adrian: “Saya. Bersama tim saya.”
Hana: “Dan siapa yang menulis algoritma pemroses datanya?”
Adrian: “Saya juga.”
Hana: “Lalu kenapa kamu yakin bahwa sistem yang jauh lebih kompleks — seluruh semesta ini — tidak memerlukan perancang?”
Adrian terdiam. Ia mencoba menjawab dengan nada rasional.
Adrian: “Karena hukum-hukum fisika sudah cukup menjelaskan keteraturan itu.”
Hana: “Tapi hukum-hukum itu berasal dari mana? Kamu menggunakan konstanta, energi, dan probabilitas. Namun apa yang menegakkan hukum itu agar konsisten dan tidak runtuh? Hukum tidak bisa menegakkan dirinya sendiri — sama seperti program yang tidak bisa menulis dirinya tanpa penulis.”
Hening sejenak. Di layar, muncul pola interferensi partikel yang membentuk struktur simetris — begitu indah, nyaris artistik.
Hana: “Lihatlah pola itu, Adrian. Ia menunjukkan bahwa di tingkat paling dasar dari realitas, ada harmoni. Dalam fisika kuantum, keteraturan dan ketidakpastian saling melengkapi — seperti catatan dalam simfoni.
Tapi simfoni tanpa komponis hanyalah kebisingan acak.
Bukankah lebih rasional mengakui ada Kecerdasan yang menata ketidakpastian itu?”
Adrian menatap layar lama sekali. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan persamaan matematis — rasa takjub yang disertai kesadaran bahwa mungkin, di balik seluruh mekanika alam semesta, ada “Sang Pemrogram” yang tak terlihat.
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comment...I am looking forward your next visit..