PRACTICING TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE USING INFORMATION COMPUTER

berikut adalah kesimpulan umum mengenai semua aspek terpenting, baik teori maupun praktik, yang perlu diajarkan dalam mata kuliah Practicing Teaching English as a Foreign Language (TEFL) using Information and Computer Technology (ICT).

Kesimpulan Umum: Aspek Teori dan Praktik

Mata kuliah ini dirancang untuk membekali calon guru dengan kompetensi yang terintegrasi, menggabungkan landasan teori pedagogis yang kuat dengan keterampilan praktis aplikatif dalam menggunakan teknologi. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar bahasa Inggris yang modern, efektif, menarik, dan relevan untuk pelajar di era digital.

Secara umum, aspek-aspek terpenting dapat disimpulkan dalam tiga pilar besar berikut:
1. Aspek Teoretis (Landasan Keilmuan)

Teori-teori ini menjadi fondasi mengapa dan bagaimana teknologi digunakan dalam pengajaran bahasa.

CALL (Computer-Assisted Language Learning): Teori inti yang menjelaskan peran komputer dan perangkat digital sebagai tutor (memberikan latihan & umpan balik), tool (alat untuk mencipta), dan medium (saluran komunikasi).

TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge): Kerangka kerja yang menekankan pentingnya integrasi tiga pengetahuan: Konten (Bahasa Inggris), Pedagogi (cara mengajar), dan Teknologi. Guru yang baik harus menguasai ketiganya secara bersamaan.

Blended Learning dan Flipped Classroom: Teori tentang menggabungkan keunggulan pembelajaran tatap muka dan online, serta membalik model tradisional dimana materi dipelajari di rumah dan praktik dilakukan di kelas.

Task-Based Language Teaching (TBLT) dan Communicative Language Teaching (CLT): Pendekatan yang menekankan pada penyelesaian tugas autentik dan komunikasi bermakna. Teori ini menjadi dasar untuk merancang proyek kolaboratif berbasis teknologi.

Second Language Acquisition (SLA) dalam Konteks Digital: Memahami bagaimana lingkungan digital memengaruhi faktor-faktor pemerolehan bahasa seperti masukan bahasa (input), tekanan (anxiety), dan motivasi.

Digital Literacy dan Netiquette: Teori tentang membekali siswa dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi secara kritis, bertanggung jawab, kreatif, dan aman, termasuk etika berkomunikasi di dunia maya.
2. Aspek Praktis (Keterampilan Aplikatif)

Bentuk praktik ini adalah implementasi langsung dari teori yang dipelajari.

Pembuatan dan Pengelolaan Kelas Digital:

Praktik: Membangun dan mengelola kelas virtual menggunakan LMS seperti Google Classroom, Moodle, atau Microsoft Teams (mengunggah materi, membuat tugas, mengelola nilai).

Pengembangan Materi Ajar Interaktif:

Praktik: Merancang konten digital menarik menggunakan tools seperti Kahoot!, Quizizz (kuis), Canva, Genially (presentasi & poster), Padlet (papan diskusi), dan Edpuzzle (video interaktif).

Pelaksanaan Pembelajaran Daring dan Kolaborasi:

Praktik: Memimpin pembelajaran synchronous (serempak) via Zoom/Google Meet (dengan fitur breakout rooms) dan memoderasi diskusi asynchronous (tidak serempak) di forum.

Praktik: Memfasilitasi kolaborasi dengan Google Docs/Sheides untuk menulis bersama dan Miro/Jamboard untuk brainstorming.

Perancangan Tugas dan Project-Based Learning (PBL):

Praktik: Mendesain tugas yang menghasilkan produk digital seperti Podcast (Anchor.fm), Vlog/Video, Blog (Blogger/WordPress), dan WebQuest (riset online terpandu).

Teknik Evaluasi dan Pemberian Umpan Balik Digital:

Praktik: Membuat kuis dan ujian online dengan Google Forms/Microsoft Forms.

Praktik: Membangun Portofolio Digital siswa menggunakan Google Sites atau blog.

Praktik: Memberikan umpan balik melalui komentar di dokumen digital atau rekaman audio/video (menggunakan Mote atau Flipgrid).

3. Aspek Pertimbangan Kritis dan Etis

Aspek ini melengkapi calon guru dengan kesadaran akan tantangan dalam integrasi teknologi.

Mengatasi Kesenjangan Digital (Digital Divide): Merancang kegiatan yang inklusif bagi siswa dengan akses terbatas.

Keamanan dan Privasi Data: Memilih platform yang aman dan mengajarkan perlindungan data pribadi.

Mencegah Kelelahan Digital (Digital Fatigue): Merancang pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya berfokus pada menatap layar.

Penggunaan Kritis terhadap AI: Memanfaatkan tools seperti ChatGPT, Grammarly, atau Quillbot secara etis untuk membantu proses belajar, bukan menggantikannya.
Integrasi Keseluruhan

Mata kuliah ini tidak boleh mengajarkan teori dan praktik secara terpisah. Struktur yang efektif adalah dengan mentransformasikan teori langsung menjadi praktik. Misalnya, sesi teori tentang TBLT langsung diikuti dengan praktik merancang WebQuest; sesi teori Blended Learning diimplementasikan dengan membangun kelas di Google Classroom.

Dengan menguasai ketiga aspek di atas, lulusan mata kuliah ini akan menjadi guru yang melek teknologi (tech-savvy) namun tetap berpijak pada prinsip pedagogi yang kuat, siap menghadapi dinamika kelas abad ke-21 dan menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi siswa.


apa saja teori dan bentuk praktik yang bisa dikerjakan untuk mata kuliah PRACTICING TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE USING INFORMATION COMPUTER


Berikut adalah penjelasan yang telah disusun dan dikembangkan lebih lanjut untuk mata kuliah Practicing Teaching English as a Foreign Language (TEFL) using Information and Communication Technology (ICT). Penjabaran ini memperkuat kaitan antara teori dan praktik serta menambahkan elemen penting seperti tantangan dan solusi.


Practicing Teaching English as a Foreign Language (TEFL) using Information and Communication Technology (ICT)


Mata kuliah ini dirancang untuk membekali calon guru dengan pengetahuan teoritis dan keterampilan praktis dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk menciptakan pengalaman belajar bahasa Inggris yang modern, menarik, dan efektif.
1. Teori Pembelajaran Bahasa Berbasis Teknologi & Bentuk Praktik


Teori:
CALL (Computer-Assisted Language Learning): Teori ini merupakan fondasi dari integrasi teknologi dalam pengajaran bahasa. CALL tidak hanya tentang penggunaan komputer, tetapi juga bagaimana perangkat digital (smartphone, tablet), aplikasi, dan platform online dapat memfasilitasi dan memperkaya proses belajar bahasa. Teori ini menekankan pada interaktivitas, umpan balik langsung, dan akses ke sumber belajar yang otentik dan tak terbatas.


TBLT (Task-Based Language Teaching) dengan ICT: ICT adalah katalisator yang sempurna untuk TBLT. Teknologi memungkinkan siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas autentik yang bermakna (seperti riset online, kolaborasi virtual, dan pembuatan konten digital) yang memerlukan penggunaan bahasa Inggris secara nyata untuk mencapai suatu tujuan.


Blended Learning: Model ini menggabungkan kelebihan pembelajaran tatap muka (interaksi sosial langsung, umpan balik instan) dengan fleksibilitas dan kekayaan sumber daya dari pembelajaran online. Teori ini berfokus pada desain pengalaman belajar yang optimal dengan memadukan kedua lingkungan tersebut.


Bentuk Praktik:


Membangun dan Mengelola Kelas Virtual: Mahasiswa calon guru berlatih membuat kelas di LMS seperti Google Classroom, Moodle, atau Microsoft Teams. Mereka belajar mengatur materi, membuat pengumuman, dan membagikan tugas secara terpusat.


Merancang Materi Ajar Interaktif: Praktik membuat konten digital yang menarik, seperti:


Kuis dan permainan interaktif menggunakan Kahoot!, Quizizz, atau Wordwall.


Video pelajaran pendek (Edpuzzle) yang disisipi pertanyaan.


Peta pikiran interaktif dan poster digital menggunakan Padlet atau Canva.


Implementasi Project-Based Learning: Mendesain tugas di mana siswa harus menghasilkan produk digital, misalnya:
Membuat podcast atau video vlog tentang topik tertentu.


Menulis dan mendesain blog pribadi atau kelompok dalam bahasa Inggris.


Melakukan wawancara dengan penutur asli melalui platform video dan mendokumentasikannya.
2. Teori Komunikasi dan Interaksi Digital & Bentuk Praktik


Teori:
SLA (Second Language Acquisition) dalam Konteks Digital: Teori ini mengeksplorasi bagaimana lingkungan digital memengaruhi faktor-faktor kunci dalam pemerolehan bahasa kedua, seperti masukan (input), keluaran (output), interaksi, dan motivasi. Misalnya, ruang chat dan forum memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk memproses dan merumuskan kalimat, mengurangi tekanan (anxiety).




Digital Literacy dan Netiquette: Pengajaran bahasa di era digital tidak hanya tentang bahasa itu sendiri, tetapi juga tentang membekali siswa dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi secara kritis, bertanggung jawab, dan aman. Ini termasuk memahami etika berkomunikasi online (netiquette), keamanan data, dan kemampuan menilai kredibilitas informasi online.


Bentuk Praktik:


Memfasilitasi Komunikasi Daring:


Synchronous (Serempak): Memimpin diskusi kelas melalui Zoom atau Google Meet, mempraktikkan teknik untuk memandu percakapan dan memberikan giliran berbicara.


Asynchronous (Tidak Serempak): Memoderasi forum diskusi di Padlet atau LMS, merangsang percakapan dengan pertanyaan pemantik dan memberikan respon yang mendorong.




Kolaborasi Digital: Menugaskan siswa untuk bekerja sama dalam dokumen yang sama menggunakan Google Docs atau Microsoft 365 untuk menulis teks bersama, atau menggunakan papan virtual Miro/ Jamboard untuk melakukan brainstorming ide.




Analisis dan Partisipasi dalam Komunitas Online: Memberikan tugas dimana siswa harus mengamati percakapan di forum berbahasa Inggris (seperti Reddit atau Quora), menganalisis bahasa dan nada yang digunakan, dan bahkan berpartisipasi dengan membuat postingan atau komentar yang sesuai.


3. Teori Evaluasi dan Penilaian Daring & Bentuk Praktik


Teori:
Formative and Summative Assessment with ICT: Teknologi merevolusi cara penilaian dilakukan. Penilaian formatif (untuk memantau proses) dapat dilakukan dengan cepat dan menyenangkan melalui kuis online, sedangkan penilaian sumatif (untuk mengukur hasil) dapat diadministrasikan secara efisien dengan fitur ujian daring yang dilengkapi pengawasan (proctoring).




Authentic Assessment: ICT memungkinkan penilaian yang lebih autentik, yaitu menilai kemampuan bahasa siswa melalui tugas-tugas yang mencerminkan konteks penggunaan bahasa di dunia nyata, seperti membuat presentasi multimedia, merekam pidato, atau mengelola interaksi di media sosial.


Bentuk Praktik:


Membuat dan Menganalisis Kuis Daring: Berlatih membuat kuis dengan berbagai jenis soal (pilihan ganda, mencocokkan, esai pendek) menggunakan Google Forms atau Microsoft Forms dan menganalisis data hasil kuis untuk mengidentifikasi area kesulitan siswa.




Membangun Portofolio Digital: Membimbing siswa untuk mengumpulkan karya terbaik mereka (tulisan, rekaman audio, video, sertifikat) dalam sebuah blog, website (Google Sites), atau folder digital shared. Portofolio ini menjadi bukti perkembangan belajar mereka dari waktu ke waktu.




Memberikan Umpan Balik Berbasis Teknologi: Mempraktikkan pemberian umpan balik yang efektif dengan:


Komentar Tertulis: Menggunakan fitur komentar di Google Docs atau Microsoft Word.


Umpan Balik Audio/Video: Merekam pesan suara atau video singkat untuk memberikan umpan balik yang lebih personal dan detail menggunakan alat seperti Mote (ekstensi Chrome) atau Flipgrid.
Tantangan dan Pertimbangan dalam TEFL using ICT


Integrasi ICT tidak lepas dari tantangan. Dalam praktiknya, calon guru juga harus dilatih untuk:


Kesenjangan Digital: Mengidentifikasi siswa yang memiliki akses terbatas terhadap perangkat atau internet dan menyiapkan solusi alternatif.




Keamanan dan Privasi Data: Memilih platform yang mematuhi regulasi privasi data (seperti GDPR untuk Eropa) dan mengajarkan siswa untuk melindungi informasi pribadi mereka.




Kelelahan Digital (Digital Fatigue): Merancang kegiatan yang bervariasi dan tidak seluruhnya bergantung pada menatap layar untuk waktu yang lama.


Dengan menggabungkan pemahaman teoritis yang kuat dengan pengalaman praktis yang beragam, lulusan mata kuliah ini akan menjadi guru yang siap menghadapi dinamika pendidikan abad ke-21 dan mampu menciptakan lingkungan belajar bahasa Inggris yang inklusif, menarik, dan relevan bagi generasi digital.




apa saja teori dan bentuk praktik yang bisa dikerjakan untuk mata kuliah PRACTICING TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE USING INFORMATION COMPUTER


Of course. Berikut adalah penjelasan mengenai teori dan bentuk praktik yang relevan untuk mata kuliah Practicing Teaching English as a Foreign Language (TEFL) using Information & Computer Technology, disusun secara ringkas dan jelas.
Teori dan Bentuk Praktik untuk TEFL using ICT


Mata kuliah ini berfokus pada penerapan teori pengajaran bahasa dengan memanfaatkan teknologi komputer dan informasi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, menarik, dan kontekstual.


1. Teori: CALL (Computer-Assisted Language Learning)


Konsep: Teori inti yang menyoroti penggunaan komputer sebagai alat bantu untuk memfasilitasi proses pembelajaran bahasa. Komputer berperan sebagai tutor (memberikan latihan, umpan balik), alat (word processor, presentasi), dan medium komunikasi (email, forum).


Bentuk Praktik:
Membuat Lab Bahasa Digital: Menggunakan platform seperti Lab Bahasa Online atau Lingt untuk memberikan latihan menyimak (listening) dan berbicara (speaking) yang dapat dinilai secara otomatis.


Penggunaan Software Pembelajaran: Memanfaatkan program seperti Hot Potatoes (sudah lama tetapi masih relevan) atau Quizlet untuk membuat latihan kosakata, teka-teki silang, dan kuis interaktif.


Aplikasi Pembelajaran Bahasa: Menganalisis dan mengintegrasikan aplikasi seperti Duolingo, Babbel, atau BBC Learning English sebagai suplemen pembelajaran mandiri bagi siswa.
2. Teori: Blended Learning
Konsep: Menggabungkan metode pengajaran tradisional tatap muka dengan aktivitas pembelajaran online. Model ini menawarkan fleksibilitas dan mempersonalisasi pengalaman belajar.
Bentuk Praktik:
Membangun Kelas di LMS (Learning Management System): Praktik membuat dan mengelola kelas virtual menggunakan Google Classroom, Moodle, atau Edmodo. Calon guru belajar mengunggah materi, membuat tugas, dan mengelola komunikasi kelas.


Flipped Classroom: Calon guru membuat video pembelajaran singkat (menggunakan Canva Video, Animaker, atau merekam layar dengan Loom) untuk dibahas siswa di rumah. Waktu di kelas kemudian digunakan untuk diskusi dan aktivitas kolaboratif.
3. Teori: TBLT (Task-Based Language Teaching) dengan ICT


Konsep: Pendekatan yang menekankan pada penyelesaian "tugas" yang bermakna dan autentik menggunakan bahasa target. ICT menyediakan alat dan konteks yang sempurna untuk menciptakan tugas-tugas semacam ini.


Bentuk Praktik:


Proyek Blog/Kelas Digital: Siswa membuat blog individu atau kelas menggunakan Blogger atau WordPress untuk mempublikasikan tulisan mereka (esai, cerita, jurnal) dalam bahasa Inggris.


Pembuatan Podcast/Vlog: Siswa berkelompok untuk membuat podcast (menggunakan Anchor.fm) atau video vlog (menggunakan ponsel dan editor sederhana) tentang topik yang ditentukan, lalu mempresentasikannya di kelas.


Webquest: Calon guru merancang "perburuan informasi" di internet dimana siswa harus mencari, menganalisis, dan mensintesis informasi dari sumber online yang kredibel untuk menyelesaikan suatu proyek.
4. Teori: Konstruktivisme Sosial dalam Lingkungan Digital


Konsep: Teori yang menekankan bahwa pembelajaran terjadi secara efektif melalui interaksi sosial dan kolaborasi. Teknologi komputer memfasilitasi kolaborasi ini melampaui batas fisik kelas.


Bentuk Praktik:


Kolaborasi Dokumen Online: Menggunakan Google Docs atau Microsoft Word Online untuk menulis cerita bersama, melakukan peer editing, atau membuat presentasi kelompok secara real-time.


Diskusi Daring: Membuat forum diskusi asynchronous menggunakan Padlet atau Discourse dimana siswa dapat berdebat, bertanya, dan berbagi ide dengan waktu yang lebih longgar untuk berpikir.


Penelitian Virtual: Siswa melakukan wawancara dengan penutur asli atau pakar dari negara lain melalui platform video konferensi seperti Zoom atau Google Meet.
5. Teori: Penilaian Autentik dan Digital Assessment


Konsep: Menggunakan teknologi untuk menilai kemampuan bahasa siswa melalui tugas-tugas yang mencerminkan penggunaan bahasa di dunia nyata, bukan hanya tes pilihan ganda.


Bentuk Praktik:


Portofolio Digital: Siswa mengumpulkan karya terbaik mereka (tulisan, rekaman audio, video) dalam sebuah folder online (Google Drive, OneDrive) atau website portfolio sederhana (Google Sites).


Kuis dan Ujian Interaktif: Membuat kuis formatif yang menyenangkan menggunakan Kahoot!, Quizizz, atau Blooket untuk memeriksa pemahaman.


Umpan Balik Berbasis Teknologi: Memberikan komentar langsung pada dokumen Google Siswa atau menggunakan tool seperti Mote (ekstensi Chrome) untuk memberikan umpan balik berupa pesan suara yang personal.
Kesimpulan


Integrasi ICT dalam TEFL tidak sekadar mengganti papan tulis dengan proyektor, tetapi tentang mentransformasi pengalaman belajar. Calon guru perlu memahami teori di balik pemanfaatan teknologi untuk dapat memilih tool yang tepat, merancang aktivitas yang bermakna, dan menciptakan lingkungan belajar yang mempersiapkan siswa untuk menggunakan bahasa Inggris di era digital.


Berikut adalah teori dan bentuk praktik yang relevan untuk mata kuliah Practicing Teaching English as a Foreign Language (TEFL) using Information and Communication Technology (ICT).


Teori dan Bentuk Praktik


1. Teori Pembelajaran Bahasa Berbasis Teknologi


Teori:
CALL (Computer-Assisted Language Learning): Teori ini berfokus pada penggunaan komputer untuk mendukung pengajaran dan pembelajaran bahasa. 💻 Ini mencakup penggunaan software pembelajaran, aplikasi, dan platform daring.


TBLT (Task-Based Language Teaching): Pendekatan ini menekankan penyelesaian tugas-tugas autentik yang melibatkan penggunaan bahasa secara nyata. Ketika digabungkan dengan ICT, siswa bisa mengerjakan proyek kolaboratif, presentasi digital, atau membuat konten daring.


Blended Learning: Menggabungkan metode pengajaran tatap muka dengan pembelajaran daring. Ini memungkinkan fleksibilitas dan memaksimalkan kekuatan dari kedua pendekatan tersebut, seperti diskusi di kelas dan latihan mandiri secara daring.


Bentuk Praktik:


Menggunakan Learning Management System (LMS): Latihan membuat dan mengelola kelas virtual menggunakan platform seperti Google Classroom atau Moodle.


Pengembangan Materi Ajar Digital: Merancang materi interaktif, seperti kuis daring (menggunakan Quizizz atau Kahoot!), video pembelajaran, atau e-book.


Skenario Pembelajaran Berbasis Proyek: Meminta siswa membuat video wawancara, podcast, atau blog berbahasa Inggris yang kemudian diunggah ke platform daring.


2. Teori Komunikasi dan Interaksi Digital


Teori:


SLA (Second Language Acquisition) dalam Konteks Digital: Teori ini membahas bagaimana interaksi melalui media digital memengaruhi proses pemerolehan bahasa kedua.


Netiquette (Etika Berinternet): Penting untuk mengajarkan etika berkomunikasi yang baik dan aman di dunia maya.


Bentuk Praktik:


Diskusi Daring (Synchronous/Asynchronous): Mengelola forum diskusi di platform seperti Padlet atau mengadakan sesi kelas virtual melalui Zoom atau Google Meet untuk melatih keterampilan berbicara.


Kolaborasi Proyek Daring: Siswa berkolaborasi menggunakan Google Docs atau Miro untuk menulis cerita atau membuat presentasi bersama.


Analisis Interaksi di Media Sosial: Guru bisa menugaskan siswa untuk menganalisis dan mempraktikkan percakapan formal dan informal di platform media sosial atau forum berbahasa Inggris.


3. Teori Evaluasi dan Penilaian Daring


Teori:


Formative and Summative Assessment with ICT: Menggunakan alat digital untuk melakukan penilaian formatif (misalnya, kuis cepat di kelas) dan sumatif (misalnya, ujian daring).


Authentic Assessment: Menilai kemampuan siswa melalui tugas-tugas yang mencerminkan penggunaan bahasa di dunia nyata.


Bentuk Praktik:


Penggunaan Aplikasi Penilaian Otomatis: Latihan membuat dan mengevaluasi tes pilihan ganda atau esai singkat menggunakan Google Forms atau platform lain yang menyediakan fitur penilaian otomatis.


Penilaian Berbasis Portofolio Digital: Mengumpulkan pekerjaan siswa dalam bentuk portofolio daring (seperti blog atau website pribadi) untuk melihat kemajuan mereka secara holistik.


Pemberian Umpan Balik Digital: Latihan memberikan komentar atau umpan balik tertulis dan audio pada tugas-tugas siswa melalui platform kolaborasi atau software pengolah kata.


Ketiga area teori dan praktik ini sangat relevan dan saling melengkapi, memungkinkan calon guru untuk menjadi pengajar bahasa Inggris yang kompeten di era digital.


Baik Pak Faizal 👍, untuk mata kuliah Practicing Teaching English as a Foreign Language (TEFL) using Information & Computer Technology (ICT), Bapak bisa menggabungkan teori pedagogis dengan praktik berbasis teknologi. Saya bagi menjadi dua:
🟢 1. Teori yang Relevan


Beberapa teori yang bisa menjadi landasan pembelajaran:


CALL (Computer-Assisted Language Learning)
Menjelaskan peran komputer sebagai tutor, tool, dan medium komunikasi.
Evolusi CALL: Behavioristic CALL (drill and practice), Communicative CALL (interaktif), hingga Integrative CALL (web-based & multimedia).


TPACK Framework (Technological Pedagogical Content Knowledge)


Guru harus menguasai pengetahuan konten (English), pedagogi (cara mengajar), dan teknologi (ICT).


Blended Learning & Flipped Classroom
Menggabungkan tatap muka dengan pembelajaran online, serta membalik peran kelas (materi dipelajari online, diskusi/praktik di kelas).


Sociocultural Theory (Vygotsky) – Zone of Proximal Development


ICT sebagai scaffolding (dukungan) bagi siswa, misalnya lewat aplikasi interaktif atau forum diskusi.


Communicative Language Teaching (CLT) & Task-Based Learning (TBLT)
ICT dipakai untuk mendorong komunikasi nyata (misalnya diskusi via Zoom, membuat vlog, roleplay online).


Multimodality & Digital Literacy


Bahasa diajarkan melalui teks, gambar, audio, video, hingga media sosial.
🔵 2. Bentuk Praktik yang Bisa Dikerjakan Mahasiswa


Mahasiswa calon guru bisa berlatih langsung lewat proyek-proyek berbasis ICT, misalnya:
A. Desain & Implementasi Materi


Membuat multimedia teaching material (Canva, Genially, PowerPoint interaktif).
Mendesain interactive quizzes (Kahoot, Quizizz, Wordwall, Google Forms).
Membuat video lesson / microteaching di YouTube/TikTok.
B. Online Teaching & Communication
Simulasi mengajar via Zoom/Google Meet dengan breakout rooms.
Mengelola kelas di Google Classroom / Moodle.
Diskusi bahasa Inggris via WhatsApp/Telegram/Discord group.
C. Digital Tools for Language Skills
Listening & Speaking: gunakan podcast (Spotify, BBC Learning English), speech recognition (Google Speech-to-Text, Elsa Speak).
Reading: e-books, online newspapers, LingQ, Rewordify.
Writing: Grammarly, Quillbot, ChatGPT (dengan critical use).
D. Project-Based Learning
Membuat blog kelas bahasa Inggris (WordPress, Blogger).
Menyusun digital storytelling dengan aplikasi (StoryJumper, Animaker).
Mengerjakan collaborative writing project di Google Docs.
E. Assessment & Feedback
Mendesain e-portfolio untuk siswa (Google Sites/Padlet).
Memberikan peer feedback online menggunakan komentar di Docs atau Loom.
Menggunakan AI tools secara etis untuk formative assessment.
🔶 3. Contoh Struktur Praktikum (per pertemuan)
Pengenalan CALL & TPACK → diskusi teori.
Praktik membuat kuis digital (Kahoot/Quizizz).
Desain bahan ajar interaktif (Canva/Genially).
Microteaching via Zoom dengan breakout rooms.
Integrasi blog/vlog untuk teaching writing.
Assessment online dengan Google Form & rubric.
PBL: proyek kelompok membuat e-learning mini course.
Presentasi & refleksi penggunaan ICT.
👉 Jadi mata kuliah ini bisa menyeimbangkan dasar teori (CALL, TPACK, CLT, dll.) dengan praktik nyata mengajar menggunakan ICT tools.


Berikut adalah teori dan bentuk praktik yang bisa dilakukan untuk mata kuliah "Practicing Teaching English as a Foreign Language Using Information Computer" berdasarkan sumber-sumber terkini:
Teori Pendukung
Teori lingkungan linguistik kaya yang mendukung perkembangan bahasa, di mana Computer Assisted Language Learning (CALL) menyediakan lingkungan linguistik penting untuk pembelajaran bahasa asing.ejournal.uinsaizu


Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa yang didukung teknologi untuk meningkatkan interaksi siswa.ejournal.uinsaizu
Hipotesis input yang dapat dipahami (Krashen) yang didukung oleh CALL, memungkinkan penyesuaian input sesuai kebutuhan pembelajar.ejournal.uinsaizu


Teori interaksionisme dalam pembelajaran bahasa asing, dengan fitur-fitur CALL seperti teks hiperlink dan multimedia yang meningkatkan kesadaran bahasa.ejournal.uinsaizu
Bentuk Praktik Pembelajaran


Penggunaan berbagai perangkat teknologi seperti LCD, laptop, speaker, internet, platform pembelajaran digital (Google Classroom, WhatsApp, YouTube, dsb) untuk menyampaikan materi dan tugas.unkartur
Integrasi media multimedia seperti video, audio, dan internet untuk meningkatkan autentisitas dan pemahaman materi pembelajaran.neliti


Pemanfaatan e-learning sebagai metode pembelajaran yang interaktif dengan fitur evaluasi online, konsultasi daring, dan fasilitas chatting untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris.neliti


Penggunaan aplikasi perangkat lunak yang menyediakan umpan balik otomatis, seperti pemeriksa tata bahasa, pelafalan, dan pelacak kesalahan dalam pembelajaran.neliti


Aktivitas pembelajaran yang memanfaatkan forum diskusi daring untuk memberikan kesempatan diskusi yang lebih merata dan terkontrol, memotivasi siswa.ejournal.uinsaizu


Mendorong penggunaan teknologi secara terstruktur untuk menjaga motivasi dan minat siswa dalam belajar bahasa Inggris.unkartur


Dengan demikian, mata kuliah ini dapat mengajarkan teori-teori penunjang pembelajaran bahasa asing berbasis teknologi sekaligus mempraktikkan penggunaan perangkat lunak, platform digital, dan media komunikasi digital yang relevan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing.


Jika diperlukan, praktik dapat berupa pembuatan materi berbasis multimedia, penggunaan platform e-learning, simulasi pembelajaran dengan teknologi, serta analisis dan pengembangan media pembelajaran berbasis ICT. Semua ini untuk meningkatkan interaktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa dalam penguasaan bahasa Inggris.


Referensi terpadu ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan materi ajar dan praktik di lapangan sesuai mata kuliah yang dimaksud.neliti+3




No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment...I am looking forward your next visit..