Ciri-Ciri Manusia yang Sukses Dunia dan Akherat

 


Ciri-Ciri Manusia yang Sukses Dunia dan Akherat

Dalam kehidupan manusia terdapat dua relasi yang penting dipahami: Pertama, relasi horisontal atau relasi kepada sesama manusia dan kedua, relasi vertikal atau relasi kepada Allah SWT.

Berikut ini penjelasan empat jenis manusia berdasarkan dua relasi dalam kehidupan manusia

1. Relasi kepada sesama manusia baik dan relasi kepada Allah SWT baik. Ini orang yang sangat beruntung dan sukses dunia dan akherat.

2. Relasi kepada sesama manusia rusak/tidak baik tapi relasi kepada Allah SWT baik. Ini orang yang muflis atau bangkrut, merugi.

3. Relasi kepada sesama manusia baik tapi relasi kepada Allah SWT rusak atau baik. Ini orang yang merugi karena amalnya batal atau bubar di akherat seperti debu berterbangan.

4. Relasi kepada sesama manusia rusak/tidak baik dan relasi kepada Allah SWT rusak atau baik. Ini orang yang paling merugi dunia dan akherat.

1. Relasi kepada sesama manusia baik dan relasi kepada Allah SWT baik. 

Q.S 22 Al Hajj 77

 77. Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung.

Berbuat baik sesama manusia, tidak berbuat aniaya, tidak mengganggu dan merugikan. Tidak membohongi dan memfitnah orang lain dan selalu menjaga hubungan kepada Allah SWT. Akidah yang lurus dan kostan. Iman yang terjaga kepada Allah dan hari akhir. Menjaga ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Selalu berdakwah, berkorban dan berjuang untuk agama disertai dengan do’a yang sungguh-sungguh merupakan kriteria orang beriman yang ideal. ni orang yang sangat beruntung dan sukses dunia dan akherat.

2.  Relasi kepada sesama manusia rusak/tidak baik tapi relasi kepada Allah SWT baik. 

Sabda Nabi Muhammad S.A.W   “Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicamppakkannya orang itu  ke dalam neraka. (HR. Muslim, No: 2581).

Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda: “Tahukah Kalian, siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab: “Di kalangan kami, muflis itu adalah seorang yang tidak mempunyai dirham dan harta benda”. 

Nabi bersabda: ‘Muflis di antara umatku itu ialah seseorang yang kelak di Hari Kiamat datang lengkap dengan membawa pahala ibadah shalatnya, ibadah puasanya dan ibadah zakatnya.  

Di samping itu dia juga membawa dosa berupa makian pada orang ini, menuduh yang ini, menumpahkan darah yang ini serta menyiksa yang ini. Lalu diberikanlah pada yang ini sebagian pahala kebaikannya, juga pada yang lain. Sewaktu kebaikannya sudah habis padahal dosa belum terselesaikan, maka diambillah dosa-dosa mereka itu semua dan ditimpakan kepada dirinya. Kemudian dia dihempaskan ke dalam neraka. (HR Muslim, Ahmad, dan lain-lain).

Muflis dari akar kata aflasa yuflisu yang didefinisikan dengan khasira tijaaratahu yakni rugi perniagaannya atau bisnisnya. Maka muflis yang berbentuk isim fa’il bermakna orang yang rugi bisnisnya atau bangkrut.  

Tetapi dalam definisi hadits di atas, sebagaimana jawaban para shahabat, yaitu man laa dirhama lahu wala mataa’a atau orang yang tidak memiliki dirham (mata uang) dan harta benda lainnya. Maka Rasulullah memberikan penjelasan tentang hakikat muflis itu bagi kehidupan umat manusia ini.

Tidak ada seorang pun dalam hidup ini yang ingin bangkrut. Dalam setiap aktivitas yang dilakukannya pasti yang ada di benaknya adalah keuntungan dan keuntungan. Bahkan ada pula yang berprinsip dengan modal seminim-minimnya tapi dapat untung yang sebesar-besarnya.  Ada pula yang cukup ingin untung kecil-kecilan tapi berlangsung secara terus-menerus atau lumintu (bahasa Jawa). Maka dapat dipastikan bahwa semuanya ingin mendapatkan keuntungan dari apa yang dilakukannya.

3. Relasi kepada sesama manusia baik tapi relasi kepada Allah SWT rusak atau baik. 

Q.S 22 Al Hajj ayat 30-31

 30. “Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”

31. (Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.

Q.S 25 Al Furqan 21-23

 Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, “Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman).

(Ingatlah) pada hari (ketika) mereka melihat para malaikat, pada hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, “Hijran mahjura.”

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.

Ini orang yang merugi karena amalnya batal atau bubar di akherat seperti debu berterbangan.

Intinya, sebaik apapun orang pada sesama misalnya tidak pernah membohongi, menipu, suka sedekah dan membantu sesama jika tidak sholat, tidak mau puasa ramadhan, rusak akidah atau syirik kepada Allah, amalnya sia-sia seperti debu yang berterbangan. Dan dia akan mengatakan “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (Q.S annaba ayat 40).

4.  Relasi kepada sesama manusia dan kepada Allah sama-sama rusak/tidak baik 

 QS. Al-Kahfi [18]:103-106

 Katakanlah: `Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang - orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat. Demikianlah, balasan mereka itu neraka Jahanam, karena kekafiran mereka, dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai bahan olok-olok.

Dari 4 jenis manusia yang disebutkan di atas kelompok inilah orang yang paling merugi dunia dan akherat. Sudah nggak baik hubungan dengan manusia dengan Allah juga tidak benar akidah dan amalannya. Rugi dunia dan rugi akheratnya.

Semoga Allah beri kesempatan dan kemudahan bagi kita untuk bisa menggunakan masa dalam kehidupan sementara di dunia ini dengan meningkatkan iman dan amal soleh, baik relasi kepada Allah dan manusia sehingga beruntung dan sukses dunia dan akherat. Aamiin.



No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment...I am looking forward your next visit..