FIRST LANGUAGE ACQUISITION (FLA)

FIRST LANGUAGE ACQUISITION (FLA)

First Language Acquisition adalah proses ketika seorang anak memperoleh bahasa pertamanya sejak lahir hingga sekitar usia 5 tahun. Proses ini terjadi secara alami, tanpa instruksi formal, dan berlangsung melalui interaksi biologis, kognitif, dan sosial.
Contoh umum:
Seorang bayi Indonesia yang tidak pernah diajari secara eksplisit tetap bisa memahami dan menghasilkan bahasa Indonesia secara fasih saat berusia 4–5 tahun.

A. The Behavioristic Hypothesis   
(Hipotesis Perilaku)
Definisi Hipotesis ini berpendapat bahwa anak memperoleh bahasa melalui stimulus-respons, yaitu:
Meniru ucapan orang dewasa
Diperkuat oleh pujian atau koreksi
Belajar bahasa seperti belajar kebiasaan (habit formation)
Tokoh utama: B.F. Skinner

Contoh Nyata
Anak mendengar ibunya mengatakan: “Ini susu.”
Anak mencoba mengulang: “Susu.”
Ibu tersenyum dan memuji: “Pintar!”
→ Penguatan positif membuat anak terus menggunakan kata tersebut.
Anak mengatakan: “Mau ciki!”
Orang tua membetulkan: “Mau makan ciki.”
Setelah sering dikoreksi, anak mulai mengucapkannya dengan benar.

Neurolinguistics and English Language Teaching (ELT)

 Neurolinguistics and English Language Teaching (ELT) are closely related because neurolinguistics studies how the brain processes language, and this knowledge can directly influence how languages are taught and learned. Understanding the neurological basis of language acquisition helps ELT practitioners design more effective teaching methods that align with how students' brains process and internalize language.


### Relationship between Neurolinguistics and ELT

Neurolinguistics provides insights into brain functions related to language learning, such as how learners process grammar, vocabulary, and pronunciation. This helps educators tailor their teaching strategies to the cognitive and neurological needs of learners, fostering better language acquisition and retention. For instance, neurolinguistics explains why younger learners may acquire second language skills more naturally than adults due to brain plasticity differences.

Aplikasi ilmu neurolinguistik dalam pengajaran bahasa Inggris

 Aplikasi ilmu neurolinguistik dalam pengajaran bahasa Inggris sangat penting dan beragam, karena neurolinguistik memprogram interaksi antara pikiran dan bahasa (verbal dan nonverbal), sehingga dapat menghasilkan perilaku dan pemahaman bahasa yang optimal, sesuai kapasitas otak kanan dan kiri manusia. 

Contohnya, metode Neuro Linguistic Programming (NLP) digunakan dalam kelas bahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa melalui teknik seperti mirroring, modelling, pacing, anchoring, dan penggunaan representasi sensorik (auditori, visual, kinestetik). Teknik-teknik ini menyesuaikan gaya belajar siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang dinamis serta efektif. Misalnya, guru menggunakan kata-kata auditori untuk siswa dengan modalitas auditori, kata-kata visual untuk siswa dengan modalitas visual, dan kata-kata kinestetik untuk siswa dengan modalitas kinestetik agar materi terserap lebih baik pelajaran akan mudah diserap apabila gurunya sering menggunakan kata-kata yang berkategori auditori" atau “pelajaran akan mudah diserap melalui kata-kata yang diucapkan guru berkategori kinestetik”.[1][3][4]