Metode Flipped Classroom dalam Pengajaran Bahasa Inggris

 Metode Flipped Classroom dalam Pengajaran Bahasa Inggris

1. Pengertian Flipped Classroom
Flipped Classroom adalah metode pembelajaran di mana siswa mempelajari materi secara mandiri di luar kelas, biasanya melalui video, podcast, atau bahan bacaan yang disediakan oleh guru. Waktu di kelas digunakan untuk kegiatan interaktif, seperti diskusi, kerja kelompok, atau praktik berbicara dan menulis.

2. Proses Penerapan dalam Pengajaran Bahasa Inggris

  • Belajar Mandiri di Rumah: Siswa diberi video atau materi tentang tata bahasa, kosa kata, atau topik literasi yang harus dipelajari sebelum pertemuan kelas.
  • Kegiatan Interaktif di Kelas: Selama waktu kelas, siswa menerapkan apa yang mereka pelajari melalui diskusi kelompok, debat, presentasi, atau simulasi percakapan bahasa Inggris.
  • Feedback dan Refleksi: Guru memberikan umpan balik secara langsung dan membimbing siswa dalam penggunaan bahasa Inggris yang lebih tepat.

3. Keunggulan Flipped Classroom dalam Pengajaran Bahasa Inggris

  • Meningkatkan Kemandirian Belajar: Siswa belajar mengembangkan kebiasaan belajar mandiri dan keterampilan pemahaman bahan secara mendalam.
  • Fokus pada Keterampilan Komunikatif: Waktu di kelas lebih difokuskan pada kegiatan yang meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengar, yang sangat penting dalam penguasaan bahasa Inggris.
  • Meningkatkan Partisipasi dan Interaksi: Siswa dapat lebih aktif dalam berdiskusi dan berkolaborasi dengan teman sekelas dalam menggunakan bahasa Inggris.
  • Pembelajaran Diferensiasi: Guru dapat memberikan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa.

4. Tantangan Flipped Classroom

  • Persiapan Ekstra: Guru membutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat atau memilih materi belajar mandiri.
  • Motivasi Siswa: Metode ini sangat bergantung pada motivasi siswa untuk belajar mandiri sebelum kelas.
  • Akses Teknologi: Siswa yang tidak memiliki akses internet atau perangkat digital mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses materi belajar.

5. Contoh Aktivitas Flipped Classroom dalam Bahasa Inggris

  • Sebelum Kelas: Siswa menonton video tentang "Simple Past Tense" dan menyelesaikan kuis online.
  • Di Kelas: Siswa melakukan percakapan atau menulis cerita pendek menggunakan "Simple Past Tense" dengan bimbingan dan koreksi dari guru.

Dengan pendekatan ini, pembelajaran bahasa Inggris menjadi lebih dinamis dan efektif dalam mengembangkan keterampilan bahasa siswa.

INTRODUCTION TO PRAGMATICS

 

FREE DOWNLOAD: https://drive.google.com/file/d/1c9JVnk0VhbpYRBGnQXjV-WLrch2ENJCJ/view?usp=sharing

Bayan Subuh : Maulana Ahmad Lath

 New Delhi, India Bayan Subuh, Bayan Maulana Ahmad Lath

Assalamu alaikum Wr Wb.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.Segala sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya, tetapi Allah adalah yang pertama yang tidak punya awal (The First that have no beginning) dan yang terakhir tetapi tidak punya pengakhiran (The last that have no end). Setiap ciptaan punya kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang hidup dan yang tidak pernah mati. Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi kehidupan, dan yang mematikan, lalu membangkitkannya ciptaanNya. 

Segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang tidak dapat menghindari atau lari dari Rizki sebagaimana mereka tidak dapat lari dari kematian. Perkara ini telah Allah tetapkan di dalam Lauh Mahfudz 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala sesuatu. Mati akan datang kepada kita walaupun kita dilindungi oleh benteng yang paling kuat. Dan Rizki akan datang kepada kita walaupun kita bersembunyi ditempat yang tidak diketahui manusia. Rizki dan Mati ini perkara yang tidak bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum rizkinya habis. Mati ini akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun yang mati kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini ketentuan Allah, dan Rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita asbab-asbab kematian dan rizki untuk menguji keyakinan kita.

Allah Maha mengetahui segala kejadian, dan segala kejadian ini adalah hasil kerjanya Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi diluar izin Allah Ta’ala, semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar ketaatan akan membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan kepada Allah akan membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa akan datang adalah perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah ketahui.

Lima Poin Penting Optimalisasi authorship mahasiswa untuk mendapatkan Beasiswa dan berkompetisi

 1. Peran Karya Ilmiah dalam Pengembangan Mahasiswa, 

2. Teknik Menulis Karya Ilmiah yang Baik dan Sistematis 

 3. Strategi Publikasi untuk Karier Akademik , 

4. Optimalisasi Karya Ilmiah untuk Beasiswa dan Kompetisi . 

5. Manajemen Waktu dan Motivasi dalam Menulis


1. Peran Karya Ilmiah dalam Pengembangan Mahasiswa

Karya ilmiah berfungsi sebagai alat untuk menggali pengetahuan dan mendalami topik secara lebih mendalam. Bagi mahasiswa, ini adalah sarana penting dalam mengasah kemampuan analisis, kritis, dan berpikir logis. Melalui penulisan karya ilmiah, mahasiswa belajar untuk menyusun argumen yang koheren, mengelola data, serta menemukan solusi terhadap masalah-masalah ilmiah yang dihadapi. Ini mendukung perkembangan intelektual mereka, tidak hanya dalam bidang studi, tetapi juga dalam kehidupan profesional di masa depan.

Selain itu, karya ilmiah mengajarkan mahasiswa untuk menghargai etika ilmiah, seperti kejujuran, transparansi, dan penghargaan terhadap karya orang lain. Dengan menulis dan merujuk pada karya ilmiah lain, mahasiswa belajar pentingnya memberikan kredit yang tepat pada sumber-sumber yang digunakan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kredibilitas mereka tetapi juga memperdalam pemahaman mereka tentang bagaimana ilmu pengetahuan berkembang.

Karya ilmiah juga membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam diskusi ilmiah yang lebih luas. Penulisan dan publikasi karya ilmiah memungkinkan mahasiswa berinteraksi dengan peneliti dan akademisi lain, serta memamerkan hasil pemikiran dan penelitian mereka kepada dunia akademis. Ini memberikan mereka kesempatan untuk membangun reputasi dan jaringan profesional yang berharga untuk karier masa depan.

2. Teknik Menulis Karya Ilmiah yang Baik dan Sistematis

SEARLE’S CLASSIFICATION OF SPEECH ACTS

  SEARLE’S CLASSIFICATION OF SPEECH ACTS



NO

TYPE

DESCRIPTION

1

Assertive/

Representative

Assertives involve the speaker expressing their beliefs about what is true or false. They can take the form of stating facts, making assertions, drawing conclusions, and describing things. Essentially, the speaker makes statements that they feel are true or want others to believe them (Yule, 1996).

EXAMPLE:

I believe that social media contributes to body image issues - expresses a personal opinion through the use of the word ‘believe’

2

Declarative/

Verdictive

According to Searle (1969), declaratives are a type of speech act that can alter the state of the world through uttering them. To make a declaration correctly, the speaker must have a particular institutional position and be in a specific context.

EXAMPLE:

In a wedding ceremony, an officiant might say, I now pronounce you husband and wife would formally declare the couple as married.

3

Expressive

Expressives refer to speech acts in which the speaker expresses their emotional state or psychological experience. Expressives emphasize the speaker's feelings, attitudes, and per- perspectives in a particular situation (Yule, 1996).

EXAMPLE

These speech acts can involve statements of pleasure (e.g., This is great!), pain (e.g., That hurts, ouch!), likes (e.g., This tastes so good), dislikes (e.g., I don’t like this), joy (e.g., This is the best day ever!), or sorrow (e.g., I am sorry to hear that).

4

Directive/

Command

Directives refer to speech acts speakers use to instruct the hearer to perform a particular action (Searle, 1969).

EXAMPLE

Please stop talking! - a request to have someone be quiet about the speaker's desires and can take the form of commands, orders, requests, and suggestions. Directives can be either positive or negative

5

Commisive

Searle (1969) explains that commissives refer to speech acts in which the speaker commits to a future action. These speech acts reveal the speaker's intentions and can be promises, threats, refusals, and pledges. Commissives can be made by an individual or by a group of speakers.

EXAMPLE

I promise I will be there by 9 a.m. - expresses a commitment to be punctual.

 

 

                               

                               

                                                

92 papers of REGISTER JOURNAL available in Scopus Database

 

Dear authors, Editors, and Reviewers,

Great many thanks to Allah SWT for making 92 papers of REGISTER JOURNAL available in the Scopus database. Click this file to see the list of 92 papers that received Scopus citations as secondary documents.

Klasifikasi tindak tutur ilokusi menurut John Searle

 


John Searle mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif[1][2][5][6].

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kategori beserta contohnya:

*   **Asertif (Assertive)**: Tindak tutur yang menyatakan suatu kepercayaan atau pandangan pribadi terhadap suatu pernyataan atau informasi[2][10]. Penutur meyakini kebenaran pernyataan tersebut dan berusaha meyakinkan pendengar[10].

    *   Bahasa Indonesia: "Saya yakin dia akan datang tepat waktu."

    *   Bahasa Inggris: "I believe he will arrive on time."

 **Direktif (Directive)**: Tindak tutur yang bertujuan untuk membuat pendengar melakukan suatu tindakan[3][7]. Ini melibatkan perintah, permintaan, atau permohonan[3].

    *   Bahasa Indonesia: "Tolong, tutup pintunya!"

    *   Bahasa Inggris: "Please, close the door!"

*   **Komisif (Commissive)**: Tindak tutur yang mengikat penutur untuk melaksanakan sesuatu di masa depan[3][7]. Ini mencakup janji, sumpah, atau taruhan[3].

    *   Bahasa Indonesia: "Saya berjanji akan mengembalikan uangmu besok."

    *   Bahasa Inggris: "I promise I will return your money tomorrow."

*   **Ekspresif (Expressive)**: Tindak tutur yang mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan[3][7]. Contohnya adalah salam, pujian, dan ucapan terima kasih[3].

    *   Bahasa Indonesia: "Selamat atas keberhasilanmu!"

    *   Bahasa Inggris: "Congratulations on your success!"

 **Deklarasi (Declaration)**: Tindak tutur yang mengubah realitas sesuai dengan pernyataan[3][7]. Contohnya termasuk pemecatan, perekrutan, atau pengesahan[3].

    *   Bahasa Indonesia: "Dengan ini, saya nyatakan rapat dibuka!"

    *   Bahasa Inggris: "I now pronounce you husband and wife!"

Kisah Dosen Hebat: Indiana jones dan Oppenheimer: Bagaimana Dosen Indonesia? Sibuk dengan borang akreditasi dan laporan BKD?

 Indiana Jones dan Oppenheimer adalah kisah epic petualangan dosen dan peneliti

Indiana Jones adalah seorang profesor arkeologi yang juga dikenal sebagai petualang bernama Dr. Henry Walton Jones, Jr. atau Indy[3]. George Lucas menciptakan karakter ini sebagai penghormatan kepada pahlawan film aksi tahun 1930-an[3]. Indiana Jones dikenal dengan penampilannya yang khas dengan jaket, topi koboi, dan pecut kulit[1].


Indiana Jones dikenal karena petualangannya mencari artefak kuno dan berhadapan dengan berbagai musuh, termasuk Nazi[1][3][4]. Dalam film Indiana Jones and the Dial of Destiny (2023), Indy berusaha mengungkap misteri di balik jam (dial) Archimedes, yang diyakini dapat mengubah sejarah dunia[1].

List Jurnal Terindeks SCOPUS Bidang Linguistics, ELT & Culture




List Jurnal Terindeks SCOPUS Bidang Linguistics, ELT & Culture









Yang pernah S3 di Indonesia atau yang sekarang sedang S3 di Indonesia sedikit banyak terkena kewajiban ini. Dorongan yang masif dan terkesan dipaksakan (syarat lulus S3, luaran Publikasi untuk hibah penelitian tahunan untuk dosen, yang mau ke GB) tetapi jumlah jurnal terindeks scopus yang terbatas menjadi bottleneck yang menggelisahkan terutama yang mau habis masa studinya.

Untuk mhs S3 kenapa wajib pulish di Scopus? Kenapa nggak Sinta 2 saja? Apa Sinta 2 itu jelek? (Susah lho terbit di SINTA 2) SANGAT KETAT reviewnya karena pengelola SINTA 2 juga pengin jurnalnya bisa terindeks scopus naik level jadi SINTA 1.

Untuk jurnal kenapa jurnal ilmiah harus di Scopus kan? Kata para suhu dan senior: Belum tentu artikel yang diterbitkan di jurnal terindeks scopus 100% bagus kualitasnya DAN SEBALIKNYA tidak bisa disimpulkan artikel yang diterbitkan di jurnal yang belum terindeks scopus 100% jelek kualitasnya.

Quo Vadis?

IMPORTANT NOTES:

Differences Among Morpho-syntax, Morphology, and Syntax

  ## Differences Among Morpho-syntax, Morphology, and Syntax

Understanding the distinctions between morpho-syntax, morphology, and syntax is essential for grasping the structure and function of language. Each term represents a different aspect of linguistic study.

### Morphology

**Definition:** Morphology is the study of the internal structure of words. It focuses on how morphemes—the smallest units of meaning—combine to form words. For example, in English, the past tense of "walk" is created by adding the morpheme "-ed," resulting in "walked" [1][2].

**Key Aspects:**

- **Word Formation:** Morphology examines rules governing how morphemes combine to create words.

**Types of Morphology:** It includes inflectional morphology (modifications that indicate grammatical relationships) and derivational morphology (creating new words by adding prefixes or suffixes) [4][7].

- **Examples:** The word "cats" consists of the root "cat" and the plural morpheme "-s" [7].

### Syntax

**Definition:** Syntax is the study of how words combine to form phrases, clauses, and sentences. It deals with the rules that govern sentence structure and word order [1][4].

**Key Aspects:**

Overview of Morpho-Syntax

 


## Overview of Morpho-Syntax

Morpho-syntax is a branch of linguistics that integrates two fundamental aspects of language: **morphology** and **syntax**. It examines how the internal structure of words (morphology) interacts with the rules governing the arrangement of those words in sentences (syntax). This dual focus allows linguists to analyze the formation of words and how these words combine to create meaningful phrases and sentences.

## Key Components

### **Morphology**

- **Definition**: Morphology studies the internal structure of words, focusing on how smaller units called **morphemes** combine to form larger words. Morphemes are the smallest meaningful units in a language and can be categorized into:

  - **Free Morphemes**: Can stand alone as words (e.g., "dog," "run").

  - **Bound Morphemes**: Cannot stand alone and must attach to other morphemes (e.g., "un-" in "unhappy") [1][2].

- **Processes**: Morphological processes include:

  - **Compounding**: Combining two or more words (e.g., "sun" + "shine" = "sunshine").

  - **Derivation**: Changing a word's form to create new meanings or grammatical categories (e.g., "happy" to "unhappiest").

  - **Inflection**: Modifying a word to express different grammatical categories like tense or number [1][3].

### **Syntax**

- **Definition**: Syntax involves the rules and principles that govern sentence structure, specifically how words combine to form phrases and sentences. It addresses questions such as word order, agreement, and the hierarchical structure of phrases [1][4].

- **Structure**: Syntax can be analyzed through:

  - **Phrase Structure Rules**: Guidelines for how phrases are constructed.

  - **Transformational Grammar**: The study of how different sentence forms relate to one another (e.g., active vs. passive voice) [5].


## Relationship Between Morphology and Syntax

Morpho-syntax emphasizes the interconnectedness of morphology and syntax. Understanding one aspect often requires knowledge of the other. For instance, the way a word is inflected can affect its syntactic role in a sentence. Additionally, morpho-syntactic rules help explain phenomena such as agreement in number and gender between nouns and adjectives [2][4].

## Conclusion

Morpho-syntax serves as a crucial framework for understanding how languages function at both the word level and sentence level. By studying the interplay between morphology and syntax, linguists can gain insights into the complexities of language structure, formation, and usage. This integrated approach not only enhances our understanding of individual languages but also contributes to broader theories of linguistic theory and cognitive processing [1][3][5].


Citations:

[1] https://kinnu.xyz/kinnuverse/culture/linguistics/morphology-and-syntax/

[2] https://www.yourdictionary.com/morpho-syntax

[3] https://repository.ut.ac.id/4243/1/BING4316-M1.pdf

[4] https://linguistics.stackexchange.com/questions/43247/does-morpho-syntax-grammar

[5] https://linguistics-fib.ub.ac.id/wp-content/uploads/2024/06/Morphosyntax.pdf

[6] https://en.wiktionary.org/wiki/morpho-syntax

[7] https://socialsci.libretexts.org/Courses/Canada_College/ENGL_LING_200_Introduction_to_Linguistics/04:_Words-_Morphology/08:_Morphosyntax

[8] https://www.dfki.de/mate/d11/chap5.html

Free Download Morpho- Syntax eBOOK


Introduction to morphology






EBOOK INTRODUCTION TO MORPHOLOGY
and this one: https://tinyurl.com/pakfaymorphology2022

Pak Faizal's E-book of English Syntax




INTROD OF ENGLISH SYNTAX.pdf - Google Drive
or choose this one:
a new style of reading Pak Faizal's e-book: https://online.pubhtml5.com/zhhy/tlhu/

Free eBOOK Understanding Pragmatics & Semantics





link for Download:
https://drive.google.com/file/d/1SennozAbvg13HoSUUzKWCW2MeHMfYxSE/view

INTRODUCTION TO SEMANTICS




http://bit.ly/ebookSEMANTICS

CLICK HERE FOR FULL DOWNLOAD http://bit.ly/semanticsmania

INTRODUCTION TO SEMANTICS- a summary of Kreidler’s Introduction to semantics

TOWARD ISLAMIC ENGLISH FREE DOWNLOAD EBOOK

 Islamic English is a concept that has emerged to address the challenges of expressing Islamic concepts and terminology in the English language. It involves modifying English to accurately convey Islamic proper nouns and meanings without distortion (Ahmed Gasm Elsied, 2002). This approach aims to serve the linguistic needs of Muslim users of English and rectify existing distortions in translating Islamic terms (Ahmed Gasm Elsied, 2002; M. Hasan, 2014). Islamic English, also referred to as Islamo-English, encompasses Islam-related expressions and religious content in English usage, found in both scholarly works and popular materials (M. Ali & H. Mohideen, 2014). It has been proposed as a solution to difficulties in translating the Quran and as a means of unifying Muslims (Mohammad Al‐Zu'bi, 2013). The concept reflects a postcolonial shift in Muslims' relationship with English, moving away from viewing it solely as a colonial language to embracing it as a medium for expressing Islamic knowledge and identity (M. Hasan, 2014).

FREE DOWNLOAD:



Aspects of Language Attitude

Language attitudes are complex evaluative reactions to different language varieties, encompassing three primary components: **cognitive**, **affective**, and **conative**. These components help explain how individuals perceive, feel about, and behave towards languages.

## Cognitive Component

The cognitive aspect involves an individual's beliefs and knowledge about a language. This includes perceptions regarding its status, utility, and the social groups associated with it. For instance, individuals may believe that speaking a particular language correlates with intelligence or socioeconomic status. Research indicates that language attitudes often stem from social categorization and stereotyping processes, where listeners use linguistic cues to infer social group membership and subsequently attribute stereotypic traits to speakers based on those inferences[1].

## Affective Component