Papers authored by Teisar Arkida, S.Hum., M.Li.

Berikut daftar artikel jurnal/prosiding karya Teisar Arkida, S.Hum., M.Li. yang mencakup judul artikel, nama jurnal/proceeding, dan tautan URL yang dapat diklik langsung oleh pembaca. Informasi ini berdasarkan hasil pencarian publikasi akademik terkait evaluasi bahasa, framing media, dan analisis wacana berita politik/klasik Covid-19 yang melibatkan penulis tersebut: 


1. Appraisal: Framing on Covid-19 Pandemic Handling News in Indonesia

Penulis: Teisar Arkida, Djatmika Djatmika, Riyadi Santosa
Jurnal: International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding
Tahun: 2022
Link: Klik di sini: https://ijmmu.com/index.php/ijmmu/article/view/4187

IJMMU+1
Keterangan: Artikel ini menganalisis penggunaan bahasa evaluatif dalam pemberitaan tentang penanganan pandemi Covid-19 dan bagaimana framing tersebut membentuk citra politis calon presiden 2024. IJMMU
 

2. ATTITUDES: Manifestasi Tahun Politik 2024 di Balik Laporan Covid-19

Penulis: Teisar Arkida, Djatmika Djatmika, Riyadi Santosa
Prosiding: Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS)
Tahun: 2022
Link: Klik di sini: https://jurnal.uns.ac.id/prosidingsemantiks/article/view/65377

Jurnal Universitas Sebelas Maret
Keterangan: Paper ini mengeksplorasi bagaimana bahasa evaluatif pada berita Covid-19 memuat agenda politik tersembunyi di balik framing media menjelang Pemilu 2024. Jurnal Universitas Sebelas Maret

 
3. Framinguistics: How is Evaluative Language Used to Manipulate Social Depictions of the 2024 Indonesian Presidential Candidates in Political News Texts?

Penulis: Teisar Arkida, Riyadi Santosa, Tri Wiratno
Prosiding: Proceedings of the Third International Conference on Communication, Language, Literature, and Culture (ICCoLliC 2024) (Atlantis Press)
Tahun: 2024
Link: Klik di sini: https://www.atlantis-press.com/proceedings/iccollic-24/126006843

Atlantis Press
Keterangan: Prosiding ini membahas strategi framing evaluatif terhadap kandidat presiden di media Kompas, TVOne News, dan Metro TV News dalam konteks pemilu 2024. Atlantis Press

 
4. Linguistic Reflections of Cultural Ethics: Social Assistance Discourse in Surakarta


Penulis: Teisar Arkida, Fitri Anekawati, Wakit Abdullah Rais
Jurnal: Journal of Pragmatics Research
Tahun: 2025
Link: Klik di sini: https://ejournal.uinsalatiga.ac.id/index.php/jopr/article/view/3692 eJournal UIN Salatiga
Keterangan: Artikel ini merupakan kajian etnolinguistik yang memadukan diskursus bantuan sosial dan etika budaya di Surakarta; relevan dalam memperlihatkan spektrum penelitian linguistik yang lebih luas dari penulis. eJournal UIN Salatiga

Pentingnya Pesantren Mutajawilah: Minal Masjid ilal Masjid: Khurudj Fi Sabilillah

 1. Tarbiyah Imaniyyah sebagai Fondasi Hakikat Kemanusiaan

Allah menetapkan manusia sebagai asyrāful makhlūqāt (makhluk paling mulia), sebagaimana firman-Nya: Laqad karramnā banī Ādam — “Sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam.”

Kemuliaan ini bukan otomatis, tetapi bersyarat: ia bergantung pada iman, ketaatan, dan pengelolaan hawa nafsu. Di sinilah tarbiyah imaniyyah menjadi kebutuhan primer.

Malaikat taat secara total, tetapi tidak memiliki hawa nafsu. Manusia diberi akal dan nafsu; ketika ia taat, derajatnya melampaui malaikat. Namun ketika iman ditinggalkan, manusia bisa jatuh lebih rendah dari binatang, karena binatang tidak diberi akal dan tanggung jawab syariat.

Tarbiyah iman berfungsi menjaga manusia tetap berada pada jalur kemuliaannya, agar potensi akal dan nafsu tidak saling menghancurkan, tetapi saling dikendalikan dalam ketaatan kepada Allah.

2. Analogi Tanah: Hakikat Jiwa Manusia dan Kebutuhan Tarbiyah

Manusia diciptakan dari tanah; karena itu jiwa manusia bersifat reaktif dan mudah dipengaruhi:

Tanah terkena panas terus → keras

Tanah terkena air terus → lembek

Tanah dibiarkan → tumbuh liar

Demikian pula hati manusia: Tanpa tarbiyah iman, hati akan keras oleh dunia, lembek oleh syahwat, atau liar oleh hawa nafsu. Tarbiyah imaniyyah berfungsi seperti petani yang mengolah tanah: membajak, menyirami, membersihkan gulma, dan menanam tanaman yang bermanfaat.

Tanpa tarbiyah:

Tumbuh rumput → sifat hewan ternak (egois, tidak peduli penderitaan orang lain).

Tumbuh ilalang → sifat buas (menyakiti demi kepentingan).

Tumbuh pohon liar dan lembab → muncul sifat ular dan kalajengking (merusak demi kesenangan).

Ini selaras dengan QS Al-A‘raf: 179, bahwa manusia yang tidak menggunakan hati, mata, dan telinga untuk iman lebih sesat daripada binatang ternak.

3. Tarbiyah Iman sebagai Jalan Keluar dari Egoisme Sosial

Fenomena “yang penting urusan saya” adalah gejala ketiadaan tarbiyah iman. Binatang ternak tetap makan meski saudaranya disembelih—tidak ada empati. Ketika manusia hidup dengan prinsip serupa, ia telah kehilangan fungsi sosial dan risalah kemanusiaannya.

Tarbiyah iman:

Menumbuhkan kepekaan sosial. Menghidupkan rasa tanggung jawab kolektif. Mengubah orientasi hidup dari self-centered menjadi Allah-centered. Inilah pintu masuk kewajiban amar ma‘ruf nahi mungkar.

Ironi Ibu Negeri, Ribuan Bumil Positif HIV

 # Rubrik Muslimah Seri 394 

Ironi Ibu Negeri, Ribuan Bumil Positif HIV

Oleh: Kholda Najiyah

Founder Salehah Institute 

Sumber tulisan: Ironi Ibu Negeri, Ribuan Bumil Positif HIV - Muslimah Times

Perempuan menjadi korban kebobrokan sistem pergaulan bebas

***

Perilaku gaya hidup bebas, menghancurkan moral masyarakat dengan cepat. Menghembuskan penyakit mematikan dengan kencang, termasuk menimpa kaum perempuan. Bahkan, ibu-ibu dan janin, harus menanggung kebobrokan sistem pergaulan liberal yang bercokol semakin mencengkeram di negeri Muslim ini. Sungguh sebuah ironi! 

Seperti diungkap oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang merilis tren tes dan pengobatan HIV pada ibu hamil. Dari 2.482.837 ibu hamil yang melakukan tes HIV sepanjang Januari-September 2025, ada 2.264 di antaranya positif HIV (tirto.id). Kemenkes memastikan, terdapat kenaikan tes HIV pada ibu hamil yang dibarengi dengan kenaikan jumlah ibu hamil pengidap HIV yang menjalani pengobatan. Artinya, semakin banyak ibu hamil yang dites, semakin tinggi juga temuan pengidap HIV. Ini artinya fenomena gunung es, karena jutaan ibu hamil lainnya banyak yang tidak tes HIV, dan bisa berpotensi positif. 

Lalu apa tindakan untuk mereka? Ketua Tim Kerja HIV PIMS Kemenkes, Tiersa Vera Junita, mengungkap pula dari total kasus yang ditemukan tahun 2025, sebanyak 1.536 bumil telah menjalani pengobatan Antiretroviral (ARV). Untuk mengurangi penularan HIV dari ibu hamil kepada anaknya, para ibu hamil diwajibkan untuk melakukan skrining HIV, Sifilis, dan Hepatitis B, imbuh Tiersa dalam acara temu media sebagai rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia 2025, di Gama Tower, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2025).

⭐ TIMELINE NABI MUHAMMAD SAW (0–40 TAHUN SEBELUM KENABIAN)

 

Tahun Gajah (570 M) – Kelahiran

  • Lahir di Makkah pada 12 Rabi‘ul Awwal, tahun terjadinya penyerangan Ka’bah oleh pasukan bergajah Abrahah.

  • Ayah beliau, Abdullah, telah wafat sebelum kelahirannya.

Usia 0–6 tahun – Masa Pengasuhan Awal

  • Disusui dan diasuh oleh Halimah As-Sa‘diyah di pedalaman selama beberapa tahun.

  • Peristiwa Syarhush Shadr (pembelahan dada) terjadi pada masa kecil beliau.

  • Ibunda beliau, Aminah, wafat saat beliau berusia 6 tahun di Abwa’.

Usia 6–8 tahun – Dalam Asuhan Kakek

  • Diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib.

  • Abdul Muththalib wafat ketika Rasul berusia 8 tahun.

Usia 8–12 tahun – Dalam Asuhan Abu Thalib

  • Pindah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, sosok yang sangat melindunginya.

  • Beliau mulai bekerja membantu Abu Thalib dalam aktivitas sehari-hari.

Usia 12 tahun – Perjalanan ke Syam

  • Ikut dalam kafilah dagang Abu Thalib ke Syam.

  • Bertemu dengan pendeta Buhaira yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri beliau.

Usia 15 tahun – Perang Fijar

  • Ikut serta dalam Perang Fijar, tetapi hanya membantu memungut anak panah, tidak ikut berperang secara langsung.

Usia 20 tahun – Hilful Fudhul

  • Terlibat dalam Perjanjian Hilful Fudhul, perhimpunan pemuda Quraisy untuk membela orang lemah dan menegakkan keadilan.

  • Nabi kemudian berkata: “Jika aku diajak kembali kepada perjanjian itu, aku akan memenuhinya.”

Usia 20–25 tahun – Menjadi Pedagang Amanah

  • Mulai menjalankan bisnis secara mandiri.

  • Mendapat gelar Al-Amīn karena kejujuran dan integritasnya.

Usia 25 tahun – Menikah dengan Khadijah RA

  • Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita bangsawan dan pengusaha.

  • Khadijah mempercayai Nabi memimpin perniagaannya ke Syam dan Yaman.

Usia 35 tahun – Renovasi Ka’bah & Kisah Hajar Aswad

  • Ka’bah diperbaiki oleh Quraisy setelah rusak.

  • Terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad.

  • Nabi menyelesaikan konflik dengan solusi kain terbentang yang diangkat bersama, sementara beliau meletakkan batu itu dengan tangan beliau sendiri.

Usia 35–40 tahun – Masa Perenungan

  • Sering berkhalwat (menyendiri) di Gua Hira’ untuk beribadah dan merenung.

  • Menjauhi penyembahan berhala dan keburukan masyarakat Quraisy.

Usia 40 tahun (610 M) – Pengangkatan Menjadi Rasul

  • Dalam sebuah khalwat di Gua Hira’, Malaikat Jibril turun membawa wahyu pertama:
    "Iqra’ bismi rabbika alladzi khalaq…" (QS. Al-‘Alaq 1–5).

  • Nabi Muhammad SAW resmi menjadi Rasul terakhir.

Kisah Sahabat Tufail ad-Dausi R.A. — Asbābul Hidayah bagi Abu Hurairah R.A.


Kisah Sahabat Tufail ad-Dausi R.A. — Asbābul Hidayah bagi Abu Hurairah R.A.

Sahabat Tufail bin ‘Amr ad-Dausi R.A. adalah seorang pemimpin, penyair, sekaligus tokoh terpandang dari kabilah Daus yang tinggal di wilayah Yaman. Karena kedudukannya, setiap kali ia datang ke Makkah, para pembesar Quraisy sangat memperhatikannya. Suatu hari, ketika ia mengunjungi Kota Makkah pada masa awal dakwah Nabi Muhammad SAW, para pemuka Quraisy menemuinya dan memperingatkannya agar tidak mendengarkan “mantra” dan “sihir” dari Nabi Muhammad SAW. Mereka menggambarkan Nabi dengan bahasa menakut-nakuti dan penuh fitnah, hingga Tufail merasa khawatir.

Begitu takutnya ia terpengaruh, Tufail bahkan menutup telinganya dengan kapas agar tidak mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dari lisan Rasulullah SAW. Namun Allah memiliki rencana lain. Ketika Tufail berada di dekat Ka’bah, ia mendengar samar-samar bacaan yang begitu indah dan menyentuh hati. Ia berhenti sejenak dan berkata pada dirinya, “Aku adalah penyair. Aku tahu mana kata-kata indah dan mana sihir. Mengapa aku harus takut mendengar?” Ia pun melepas kapas dari telinganya dan mendekati Rasulullah SAW.

Ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an secara langsung, Tufail merasakan ketenangan dan kebenaran yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia meminta Rasulullah membacakan lebih banyak ayat, dan seketika itu pula hatinya terbuka untuk memeluk Islam. Ironisnya, propaganda anti-Islam yang dibuat Quraisy justru menjadi jalan hidayah baginya.
 
Sahabat Tufail ad-Dausi dan Sahabat  Abu Hurairah R.A.

Setelah kembali ke kaumnya, Sahabat Tufail berdakwah dengan penuh semangat. Di antara orang pertama yang menerima seruannya adalah Sahabat Abu Hurairah R.A., yang kelak menjadi sahabat mulia, ahli ibadah, dan periwayat hadis paling banyak dalam sejarah Islam. Dengan demikian, keislaman Sahabat Abu Hurairah merupakan buah dari dakwah Tufail, dan dakwah Tufail bermula dari “propaganda” Quraisy yang justru memantik rasa ingin tahunya hingga ia mendengar Al-Qur’an.

Inilah bukti bahwa hidayah Allah datang dengan cara yang kadang tak terduga. Hal-hal yang dimaksudkan untuk menjauhkan orang dari Islam justru dapat menjadi pintu masuk bagi mereka yang hatinya tulus mencari kebenaran.

Fenomena “Hujan Hidayah” di Barat: Relasi dengan Islamofobia Modern

Dalam konteks modern, fenomena serupa sering dibahas oleh para sosiolog dan peneliti agama: ketika Islam disudutkan atau dipersepsikan negatif, justru banyak orang Barat yang penasaran dan ingin mempelajarinya sendiri. Misalnya, setelah peristiwa 9/11, banyak laporan akademik dan survei komunitas yang mencatat meningkatnya minat mempelajari Islam, meningkatnya pembelian Al-Qur’an, dan bertambahnya jumlah kelas studi Islam di berbagai universitas serta masjid. Tren ini menunjukkan bahwa ketika pemberitaan negatif naik, keingintahuan masyarakat terhadap Islam juga ikut meningkat.